BAYI

Di Kamar perawatan bayi Rumah Sakit Borromeus Bandung, terpampang sebuah tulisan indah yang berbunyi: "ARTI SEORANG BAYI- yang membuat rumah lebih bahagia, kasih lebih kuat, kesabaran lebih besar, tangisan lebih subuh, malam lebih panjang, masa lalu terlupakan dan masa depan lebih cerah."

Kehadiran seorang bayi dalam rumah tangga merupakan saat-saat yang paling dinantikan. 

Bagi orang tua, kehadiran ini bagaikan terbitnya mentari yang akan membawa keluarga pada suka cita yang berkesinambungan. 

Sedangkan bagi kakek-nenek kehadiran bayi dalam keluarga anaknya merupakan harapan yang dapat melupakan sejenak, betapa sudah lanjut usia mereka.

Tatapan seorang bayi merupakan tatapan yang penuh ketulusan dan kepolosan. Ketika orang dewasa melihat seolah-olah bayi tidak merespon canda, ucapan, maupun gurauan yang diberikan, sesungguhnya sang bayi sudah mampu mendengar, hanya butuh waktu untuk mengolah lebih lanjut.

Itulah sebabnya, hampir semua pengunjung rumah sakit bersalin akan tertawa, tersenyum bahkan enggan untuk beranjak ketika jam besuk "Baby Show" di mulai. (Di mana semua bayi yang ada di rumah sakit tersebut diperlhatkan kepada seluruh pengunjung dalam suatu ruang kaca yang besar dan steril). 

Tidak heran seorang filsuf parnah bertutur, "Pupil mata seorang wanita akan membesar di kala melihat seorang bayi. Sekalipun belum pemah merawat seorang bayi, namun naluri keibuan akan melahirkan kompetensi tersendin untuk merawat- nya begitu bijak."

Namun, jika dicermati lebih lanjut, seorang bayi begitu dilahirkan sebenarnya ia berjuang untuk bisa "hidup sendini" tanpa membawa serta fasilitas yang digunakan selama dalam kandungan. Misalnya ari-ari yang justru dikubur keluarganya.

Ketika masih di dalam kandungan, segalanya tersedia aman dalam lingkungan yang kondusif. Suhu udara diatur, makanan selalu cukup, oksigen sangat memadai dan tingkat kebisingan pun terkendali karena peran ibu yang mengandung sangat besar di sini.

Begitu lahir, sebenarnya sang bayi merantau dan meninggalkan kenyamanan yang dinikmati selama kurang lebih 9 bulan 10 hari dalam kandungan ibunya. 

Perjuangan pun dimulai dengan tarikan nafas dan tangisan, kemudian berlanjut dengan berfungsinya organ-organ tubuh yang lainnya.

Tak pelak lagi, dokter anak yang mendampingi dokter kandungan atau bidan dalam proses persalinan, biasanya langsung melakukan pengecekan dan observasi terhadap aktivitas organ-organ si bayi. 

Jika semua berada dalam kondisi normal, barulah dipantau dan diberi perlakuan tertentu yang akan membantu tumbuh kembangnya bay tersebut.

Mengambil analogi sang bayi tersebut, kehidupan manusia pun ternyata memerlukan waktu dan upaya maksimal untuk menyesuaikan diri di tempat yang baru. 

Misalnya, seorang anak yang merencanakan merantau untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi di kota lain harus bersiap-siap meninggalkan kenyamanan yang selama ini diperoleh di rumah.

Hidup dalam lingkungan kos-kosan tentu berbeda dengan hidup di rumah sendiri yang segalanya serba tersedia. 

Hal sama juga terjadi ketika seseorang memutuskan untuk membangun keluarga (menikah) ia harus bersiap diri untuk meninggalkan kenyamanan yang dialaminya selama ini, masuk dalam tempat baru bersama orang lain dalam tantangan yang baru.

Kehidupan bayi dalam kandungan ibu, dapat dabaratkan hidup yang penuh kenyamanan. Segala sesuatunya mudah diperoleh dan penuh dengan pengakuan. 

Namun, semua itu ada batasnya dan tidak ada yang abadi. Ketika seorang pegawai yang sudah terbiasa dalam kenyamanan, kemapanan, dan kemudahan, harus bersiap-siap memasuki  "dunia baru" yang lepas dari semua itu dan mandiri ketika ia harus dimutasi atau memasuki pensiun.

Detik-detik pertama dalam penyesuaian di tempat dan suasana yang baru akan menentukan bagaimana pertumbuhan selanjutnya. 

Ada yang begitu mamasuki tantangan yang  baru, selalu muncul keinginan untuk kembali pada nostalgia kenyamanan terdahuhu yang pernah diperolehnya. 

Ada pula demi menjaga kenyamanan diri selalu menyertakan ari-ari (fasilitas maupun rekan-rekannya) di tempat atau dalam suasananya yang baru.

Belajar dari sang bayi, setiap manusia dituntut untuk mandiri dan tidak bergantung atau bersandar kepada orang lain. 

Membangun tali silaturahmi dan jaringan adalah upaya yang efektif dalam rangka mengembangkan kompetensi. 

Namun, bergantung kepada orang lain hanya supaya dirinya terangkat, merupakan upaya yang tidak efektif untuk mengasah kemampuan diri.

Ada masa-masa tertentu memerlukan pembinaan dan mentoring, namun itupun harus tumbuh dan berkembang. Bayi tidak selamanya minum ASI, dia akan berkembang makan bubur, nasi, dan makanan keras lainnya.

Demikian pula manusia, setiap individu yang mandiri, ia tidak akan puas dengan tantangan pekerjaan yang biasa-biasa saja. Semakin hari semakin tumbuh, baik dari segi kompetensi maupun unjuk kerjanya.

"Tua sudah pasti, dewasa adalah pilihan," demikian iklan Sampoerna Mild bertutur. Bertambah usia dan masa kerja adalah hal yang pasti dan tidak dapat dipungkiri lagi, namun terus tumbuh dan berkembang dalam peningkatan kualitas moral, spiritual, dan sosial, serta kompetensi adalah pilihan kita sendiri.