MERDEKA

Siapa yang tidak kenal dengan Houdini, seorang pesulap dari Amerika yang sangat terkenal dengan keahliannya membuka pintu yang terkunci.

Kepiawaiannya telah membuat orang terkagum-kagum dengan dirinya ketika dia mampu membuka pintu penjara yang terkenal di Amerika, Al Catraz dalam hitungan menit.

Suatu saat pemerintah Inggris berencana untuk membangun sebuah penjara yang lebih canggih dari penjara Al Catraz.

Penjara yang akan dibangun ini dilengkapi dengan pengawasan sistem satelit, semua serba digital dan otomatis, serta dilengkapi dengan sistem pembelajaran yang efektif. Setelah selesai dibangun, Perdana Menteri Inggris minta supaya dicoba oleh Houdini dulu sebelum diresmikan.

Jika Houdini masih mampu membuka pintu penjara maka sesungguhnya penjara yang dibangun ini sama saja dengan penjara di Al Catraz.

Houdini pun diterbangkan dari Amerika dengan bayaran yang sangat mahal. Sesampainya di Inggris, yang bersangkutan dimasukkan dalam ruangan penjara yang tertutup dan diminta untuk membuka pintu penjara tersebut sambil disaksikan oleh para pejabat tinggi dan para wartawan media cetak dan elektronik.

Bagi Houdini, ini biasanya merupakan pekerjaan yang mudah. Akan tetapi, setelah 10 menit belum ada tanda-tanda untuk membuka, biasanya sudah terbuka dalam waktu 15 menit.

Sepuluh menit berlalu, secara tidak sengaja lengan jasnya terangkat dan tampaklah keluar sebuah kawat sepanjang 10 cm dari balik jasnya yang dikendalikan oleh sebuah motor kecil. Semua mata memandang dan mengatakan disitulah kunci keberhasilannya membuka semua pintu-pintu yang terkunci.

30 menit sudah bergulir, namun pintu belum juga terbuka, Houdini makin malu dan merasa reputasinya akan hancur di Inggris.

Memasuki menit yang ke 60 Houdini mulai putus asa, sementara ratusan mata memandang bahkan ribuan rakyat Inggris turut menyaksikan melalui siaran televisi.
Houdini pun menyerah dengan perasaan malu dan merasa sangat terpukul.

Dia pun lalu menjatuhkan diri ke arah pıntu yang tertutup tersebut.

Luar biasa! Pintu itu terbuka!

Rupanya, pintu penjara tersebut dari tadi tidak terkunci, justru pikirannyalah yang terkunci.

Lebih dari setengah abad bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan bangsa lain. Namun, masih banyak manusia Indonesia yang hingga saat ini masih hidup dalam penjajahan atas dirinya sendiri.

Penjajahan yang membuat orang sulit untuk merasa merdeka adalah keterkungkungan pola pikir yang selalu melihat dari satu sisi saja. Pola pikir yang tertutup ini akan sangat menyulitkan seseorang untuk mengatasi permasalahan-permasalahan kehidupannya.

Itulah sebabnya salah satu penyebab munculnya stres dimulai dari pikiran yang tidak terkendali atau yang tertutup sama sekali.

Setiap individu sudah seyogianya merenungkan apakah dirinya hingga saat ini masih terjajah dengan obsesi-obsesi yang tidak proporsional dalam meniti karier dan kehidupannya.

Ada orang yang belum merdeka dari obsesi menumpuk kekayaan dan kedudukan, ada pula yang masih terjajah dengan upaya yang terus menerus mengakali perusahan agar dapat keuntungan dari kegiatan tertentu.

Di Pıhak lain, masih banyak yang dijajah dengan pikiran akan kegagalan-kegagalannya masa lalu hingga memvonis diri bahwa dia sudah tidak bisa apa-apa lagi.

Sementara itu penjajahan yang sedikit populer adalah dengan selalu bernostalgia tentang masa lalu sehingga sulit untuk melihat perubahan yang sudah terus bergulir saat ini.

Kita jadi teringat beberapa tahun yang lalu ditemukan beberapa orang tentara Jepang dari zaman Perang Dunia II di Papua, masih lengkap dengan pakaian perangnya. Mereka tidak tahu bahwa perang sudah berakhir.

Beberapa ahli mengatakan bahwa permasalahan yang ada di tengah-tengah lingkungan kita dapat kita antisipasi dengan kemampuan kita untuk berpikir alternatif.

Pola pikir yang terbuka akan merangsang kreativitas dan mental kewirausahaan yang tentunya sangat berguna dalam penyelesaian tugas-tugas kini maupun berbisnis lain sebagai persiapan di hari tua.

Merdeka dari penjajahan pikiran juga memerlukan keberanian dengan antisipasi risiko moderat.

Seseorang tidak mungkin berpikir alternatif dan maju jika hingga saat ini masih takut-takut apalagi menjadi safety player (hanya mencari selamat sendiri).

Seseorang tidak mungkin mampu membuka pikirannya jika selalu mengharapkan rekan-rekannya adalah yang sejalan dengan pikirannya, tidak ada perbedaan pendapat, dan bebas konflik.

Terkadang merdeka dari pikiran yang terkungkung memerlukan perbedaan pendapat untuk membuka wawasan baru.

Merdeka dari ketertutupan pikiran memang harus memerlukan terobosan baru (breaktbrough) dan berani untuk menyatakan apa yang benar-apa yang salah sesuai dengan etika yang berlaku.

Albert Einstein, sebagaimana yang diungkapkan Scoot Thorpe dalam bukunya Berpikir Cara Einstein mengatakan bahwa, "Setiap orang bodoh (tidak kompeten) yang sok intelijen bisa membuat segalanya lebih besar, lebih rumit dan lebih keras. Dibutuhkan sentuhan seorang jenius dan banyak keberanian untuk bergerak ke arah sebaliknya."

Menarik memang untuk menyimak definisi merdeka sebagaimana yang dikemukakan oleh Nurcholis Madjid (Cak Nur) dalam pesan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 2003 silam, "Kini saatnya bangsa Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaan yang dicita-citakan, merdeka dari penyelewengan, merdeka dari kesengsaraan, merdeka dari keserakahan, merdeka dri rasa dendam, merdeka dari kesewenangan, merdeka dari ketakutan, merdeka dari keterbelakangan demi masa depan yang lebih bermanfaat.

Merdeka!