MENYANYI

Pada suatu ketika, di sebuah kamp konsentrasi (penjara) hiduplah seorang tahanan yang meskipun sudah dijatuhi hukuman mati, namun tetap tidak merasa takut. Sebaliknya, ia malah merasa tetap merdeka.

Pada suatu hari ia tampak sedang bermain gitar di tengah lapangan penjara. Sejumlah besar orang berkumpul di sekelilingnya untuk mendengarkan alunan musik yang ia mainkan sehingga di bawah pengaruh musik itu mereka pun menjadi tidak merasa takut.

Ketika para pembesar penjara melihat ini, mereka pun melarang orang itu bermain gitar. Akan tetapi, pada hari berikutnya, orang tersebut kembali lagi ke tempat yang sama, bernyanyi dan memainkan gitar dengan orang orang yang jumlahnya lebih besar lagi. 

Melihat hal itu, dengan marah para petugas menyeretnya dan memotong jari-jari tangannya.

Hari berikutnya ia kembali lagi, bernyanyi dan bermain musik sedapat-dapatnya dengan jari-jarnya berdarah. Kali ini orang-orang yang datang di sekelilingnya bersorak-sorai. Para penjaga pun berang dan menyeretnya lagi serta membanting gitarnya hingga hancur berantakan.

Pada hari berikutnya ia bernyanyi dengan segenap hatinya. Nyanyian yang sangat indah, tanpa alunan musik. Begitu merdu dan menyentuh hati sehingga banyak orang yang ikut bergabung, bersama-sama menyanyi dengan hati. 

Selama mereka bernyanyi dengan hati, mereka menjadi begitu jernih seperti hatinya. Jiwa mereka menjadi tidak dapat ditaklukan seperti jiwanya yang merdeka. Kali ini penjaga begitu marah sehingga mereka memotong lidah orang itu! Keheningan pun kini meliputi seluruh penjara. 

Semua orang heran, ketika pada hari berikutnya ia kembali ke tempat yang sama sambil berlenggang dan menari diiringi musik yang tidak dapat didengar oleh orang lain kecuali dirinya sendii. 

Segera saja semua orang saling bergandengan tangan, menari di sekitar tubuhnya yang berdarah dan hancur, sementara para penjaga berdini terpaku penuh kekaguman.

Menyanyi, sungguh merupakan aktivitas sederhana yang memiliki kekuatan yang besar untuk diri sendiri maupun mereka yang mendengarkannya.

Menyanyi akan mengantarkan aliran antusiasme yang akan membangkitkan semangat hidup. Sejak kecil manusia telah mulai belajar menyanyi.

Para ahli mengatakan bahwa tangisan bayi sebagian besar merupakan nyanyiannya sendiri. Ketika masuk kanak-kanak, maka sebagian besar aktivitas kelompok bermain (plagroup) maupun taman kanak-kanak adalah menyanyi. 

Demikian halnya dengan remaja, mereka dapat hanyut dan terbawa emosi serta ikut bernyanyi bersama-sama dalam suatu konser musik.

Di usia dewasa pun tidak ketinggalan, dengan digelarnya acara-acara yang mengingatkan akan lagu-lagu lama dan nostalgia.

Kafe-kafe dan restoran akan terasa hampa tanpa nyanyian. Di kantor- kantor maupun ruang tunggu, sajian nyanyian-nyanyian indah yang lembut ternyata dapat membunuh kejenuhan. 

Bahkan emosi keluhan penumpang kereta api pun dapat terkendali dengan proporsional ketika mereka disuguhi alunan baik selama di perjalanan maupun di ruang tunggu keberangkatan.

Bagi sebagian orang, bernyanyi ternyata mampu menurunkan tekanan beban mental akibat bekerja seharian.

Semangat para tentara yang akan bertempur akan naik ketika mereka menyanyikan lagu-lagu yang membangkitkan semangat.

Demikian besarnya pengaruh musik bagi kehidupan manusia sehingga survei yang Ohio University beberapa tahun lalu, menunjukkan bahwa mereka yang setiap hari suka menyanyi dengan ketulusan, ternyata mampu memperpanjang usia dan terhindar dari penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sistem pembuluh darah dan metabolisme.

Di sebuah rumah sakit di kawasan Cimahi Bandung, salah satu alat terapi yang ampuh untuk menyembuhkan pasien-pasien dengan terapi menyanyi. Setiap hari pada jam tertentu, semua pasien masuk ke dalam ruang musik untuk mengekspresikan dirinya dengan menyanyi bersama. 

Alhasil, tingkat kegelisahan pasien dapat dikendalikan serta hubungan sosial pun dapat di tingkatkan.

Sayangnya banyak orang enggan bernyanji karena takut salah dinilai orang lain. Rasa malu dan rendah diri, terutama di depan orang banyak, ternyata memberikan kontribusi terbesar yang membuat orang tidak mau menyanyi.

Menyanyi yang benar adalah menyanyi karena ungkapan dari dalam diri. Bahkan ketika mulut tidak mampu mengungkapkan kata-kata untuk menyanyi, bersiul dan bergumam pun sudah merupakan bagian dari nyanyian.

Menyanyi yang sesungguhnya tidak didahului apakah kita bisa menyanyi atau tidak. Menyanyi yang sesungguhnya tidak pula karena suara yang kita miliki adalah suara indah. Menyanyi yang sesungguhnya adalah nyanyian hati yang diliputi rasa syukur dan sukacita yang didasari oleh ketulusan dan kerendahan hati.

Seorang rekan berkisah, bagaimana dia tetap melalui hari-hari yang sulit dengan optimisme, salah satunya karena ia selalu menyanyi di kamar mandi dengan lagu anak-anak atau lagu perjuangan, karena hanya lagu-lagu tersebut yang dihafalnya.

Ibunda tercinta pernah mengilustrasikan burung-burung yang tidak pernah bersedih hanya karena setiap hari mereka bernyanyi.

Bahkan, tindakan pertama yang dilakukan para burung ketika bangun tidur adalah menyanyi.

Begitu mudahnya untuk menyanyi, namun perlu perjuangan yang keras untuk mau menyanyi.

Mari kita menyanyi selagi ada kesempatan untuk hal tersebut. Kita menyanyi bukan karena kita bahagia. Kita bahagia karena kita menyanyi. Mari kita memulai hari yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian dengan nyanyian optimisme dan penuh harapan. Selamat bernyanyi.


Sumber:  "Setengah Isi Setengah Kosong"