SAMA ALLAH KOK GAK YAKIN

Suatu hari seorang ayah memanggil anaknya, "Nak, kamu pergilah ke rumah teman bapak yang bernama Pak Buhail. Pinjam uang sama dia seratus ribu buat beli beras. Nanti si ujang yang antar kamu, karena kamu kan belum kenal orangnya dan gak tau rumahnya"

Dalam perjalanan, si ujang bertanya kepada anak itu, "Ada perlu apa Den, kita ke rumah Pak Buhail ?"

"Bapak suruh saya pinjam uang seratus ribu"

"Astagfirulloh.. gak salah Den ? Pak Buhail itu orang miskin, duit seratus ribu itu besar buat dia. Bahkan dia itu orang pelit Den. Kalaupun sedang punya duit, tidak akan dikasih"

Saudara, sampai disini bisa terbayang apa yang terjadi selanjutnya ? Mereka datang dengan perasaan pesimis, dan tentu saja permintaan mereka berujung pada penolakan.

Keesokan harinya, si ayah memanggil anaknya lagi, "Nak, kamu pergilah ke rumah teman bapak yang bernama Pak Karim. Pinjam uang sama dia seratus ribu buat beli beras. Nanti si ujang yang antar kamu, karena kamu kan belum kenal orangnya dan gak tau rumahnya"

Dalam perjalanan, si ujang bertanya kepada anak itu, "kali ini ada perlu apa lagi Den, kita ke rumah Pak Karim ?"

"Bapak suruh saya pinjam uang seratus ribu"

"Alhamdulillah, kali ini ujang setuju Den. Pak Karim itu orang kaya, duit seratus ribu itu gak ada artinya buat dia. Apalagi dia itu orang dermawan Den. Kalau sedekah kepada tetangganya, bisa satu orang sejuta Den. Lah ini kita mau pinjam seratus ribu, jangan-jangan malah di kasih lebih tanpa perlu jadi pinjaman lagi"

Saudara, sampai disini bisa terbayang apa yang terjadi selanjutnya ? Mereka datang dengan perasaan optimis, senang, yakin, dan tentu saja permintaan mereka berujung pada penerimaan.

Jadi dimana posisi kita saat kita berdoa datang kepada Allah memohon hajat kita ? Kita lebih pantas lagi untuk datang dengan perasaan optimis, senang, dan yakin.

Karena yang kita pinta bukan lagi hanya kaya dan dermawan, melainkan  Allah Yang Maha Kaya dan Maha Dermawan.


Selamat merasakan manisnya penerimaan doa-doa kita oleh Allah.