KELEDAI

Seorang petani yang tinggal di daerah Sumatera memiliki keledai satu-satunya sebagai alat angkutan sehari-hari.

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur.

Hewan itu menangis sangat memilukan selama berjam-jam, sementara si petani tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan keledai tersebut. 

Segala upaya telah dicoba untuk mengangkat keledai itu dari dalam sumur, tetapi tidak membuahkan hasil. 

Akhimya, setelah berdiskusi dengan saudaranya diperoleh kesimpulan untuk membiarkan saja keledai itu di dalam sumur untuk selanjutnya ditimbun.

Alasannya, hewan tersebut sudah tua dan tidak terlalu berguna lagi jika ditolong. Di pihak lain, sumur itu sendiri juga sebenarnya kurang produktif.

Dengan demikian, menutup sumur bersama dengan keledainya merupakan keputusan yang tepat.

Lalu ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantu.

Mereka datang dengan membawa sekop, cangkul, dan peralatan lainnya lalu mulai menimbun tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, dia menangis penuh kengerian.

Namun, lama kelamaan semua orang menjadi takjub ketika si keledai menjadi diam dan tidak berteriak lagi.

Setelah beberapa sekop tanah mulai dituangkan lagi ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang melihat apa yang dilakukan oleh sang keledai.

Sekali pun punggungnya terus menerus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia menguncang guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Begitu seterusnya, tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, sedangkan si keledai juga terus mengguncangkan badannya dan melangkah naik hingga mendekati mulut sumur.

Tak pelak lagi, semua orang terpesona ketika melihat si keledai melompati tepi sumur dan melarikan diri.

Terkadang hidup ini terasa begitu tertekan dengan permasalahan yang bertubi-tubi, baik itu masalah keluarga maupun pekerjaan. Setiap hari timbunan masalah tersebut semakin berat saja.

Belajar dari ilustrasi di atas, bukankah setiap masalah yang ada dapat dijadikan batu pijakan untuk berbuat sesuatu yang lebih baik lagi?

Kita juga tidak bisa terus-menerus menyesali apa yang terjadi, sekalipun rasanya sudah tidak mungkin untuk keluar dari masalah yang ada.

Namun, dengan mengubah cara pandang terhadap suatu masalah, akan ditemukan solusi-solusi baru yang mungkin tidak dapat ditemukan sebelumnya.

Pendek kata, ketika menghadapi masalah sesungguhnya kita sedang menikmati pengalaman hidup yang mungkin tidak akan terulang kembali. Pengalaman bukanlah apa yang dialami seseorang, melainkan apa yang dilakukan seseorang terhadap apa yang terjadi pada dirinya.

Persepsi orang lain akan berubah ketika kita bisa bertahan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan tegar dan tabah.

Cara pandang dan penilaian orang justru akan berbalik arah ketika kita bisa memandang permasalahan yang kita hadapi secara positif.

Kebesaran jiwa seseorang memang diuji pada saat ia menghadapi permasalahan hidup.

Seseorang memiliki mental dan perkembangan emosi yang optimal bukan dilihat dari kekayaan atau jabatannya yang tinggi, bukan pula dari pernyataan-pernyataannya yang muluk-muluk, dan bukan pula dari palu kekuasaan yang dimilkinya untuk menekan orang lain, melainkan dari dapur api pengujian hidup.

Pengalaman bukanlah apa yang dialami seseorang, melainkan apa yang dilakukan seseorang terhadap apa yang terjadi pada dirinya.

"Aslinya" seseorang akan tampak ketika seluruh aksesoris kehidupan yang dimilikinya lepas.

Emas akan tampak betul-betul emas setelah melalui pengujian api, bukan ketika dia dilekatkan sebagai perhiasan baru.

Selama manusia hidup, pasti banyak permasalahan yang terus menekannya. Di sisi lain, dalam menjalani kehidupan juga kita akan berhadapan dengan pilihan-pilihan yang harus segera diputuskan.

Keledai, dalam cerita di atas telah memutuskan untuk bangkit dan mencari jalan keluar. Dia telah menjadi bagian dari pemecahan masalah bukan bagian dari permasalahan itu.

Semakin individu tersebut terbang tinggi semakin kuat pula tarikan untuk menghambatnya.

Semakin gemilang seseorang dalam prestasi dan implementasi kompetensi yang dimilikinya, semakin deras pula arus untuk menekannya.

Berkenaan dengan hal itu, maka pilihan tetap ada di pundak kita masing-masing.

Mau tetap terbang tinggi bersama kompetensi yang dimiliki sambil mengucapkan selamat tinggal kepada para pecundang, atau mengambil keputusan untuk turun lalu hidup bersama para pecundang.

Perusahaan berupaya untuk terus membenahi diri dan memfasilitasi pemberdayaan pegawai melalui kompetensi yang ada, karena perusahaan membutuhkan orang-orang yang mampu memilih untuk terbang tinggi dan memajukan perusahaan melalui kompetensinya. 

Perusahaan membutuhkan pegawai-pegawai yang mampu memilih untuk meletakkan permasalahan di bawah kakinya untuk segera diatasi, bukan hanya ditumpuk di atas kepalanya sambil terus menerus menggerutu. Mari kita memilih untuk menjadi yang terbaik bagi diri sendiri, keluarga, perusahaan, dan masyarakat.


Sumber:  "Setengah Isi Setengah Kosong"