
AGAMA ITU TELOLET
Ketika suatu mobil didepan melakukan atau dalam keadaan meleng, mobil yang dibelakang wajib memberikan suatu bunyi telolet (pada desember tahun 2016 akhir booming yang international) supaya tidak meleng atau menabrak.
Begitu juga pada diri manusia yang pada hakikatnya adalah tempatnya salah, sesat, hawa nafsu tinggi, suka melakukan maksiat, bahkan terkadang lupa kalau dirinya adalah manusia.
Pada firman Allah pada surat al-fatihah ayat 6 yang memiliki arti “ tunjukilah jalan yang lurus” dengan ketoleletanya pada surat al-baqoroh ayat 2 yang memiliki arti “ iniloh kitab yang benar-benar autentik yang berperan sebagai petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.
Jika ngomong apa itu agama? Pasti setiap orang yang memikirkannya dan bergulat hebat untuk mengalahkan rasa penasaran, rasa ingin tahunya, pasti memiliki persepsi yang memang tidak patut dipersamakan bahkan setiap orang memiliki hasil jajahan pemikiran dari seorang guru dan cara mendapatkan rasa penasaran tersebut.
Jika kita lihat konsep agama dalam pandangan islam yang pernah kita terima dari guru-guru kita. Rukun agama adalah iman, islam dan ihsan. Sejarah Tiga pilar ini hasil dari dialog antara bapak revolusi akidah yaitu Nabi Muhammad SAW dengan malaikat jibril yang disaksikan oleh para sahabat-sahabatnya.
Jika kita tanam tiga pilar agama tersebut, bisa dikatakan mantap didalam jiwa dan hati kita. Maka dari itu kita jaga tiga pilar tersebut agar tidak roboh gara-gara aktivitas hasil dari bujuk rayu utusan Tuhan yang menjelma dan memiliki sifat pembangkang itu.
Memang benar agama dan manusia seakan-akan seperti kepingan uang yang sama.
Pertama, agama sebagai konsep tuhan yang berupa aturan yang harus diterapkan oleh makhluk tuhan yang bernama manusia yang sebagian orang yang menyebutnya agama itu sederhana.
Kedua, manusia menganggap agama adalah aturan yang harus diterapkan oleh manusia. Manusia berusaha sebisa mungkin melakukan aturan tuhan sesuai kontak atau keadaan manusia, penalaran berfikir, meracik masalah-masalah dan berijtihad. Lalu menghasilkan produk hukum yang hasil prodaknya diterapkan oleh manusia.
Pertanyaan yang cukup membutuhkan argumentasi dan perlu jawaban yang sangat luar biasa datang dari Presiden Jancukers yaitu Sujiwo Tedjo “Jadi agama yang masuk kedalam manusia atau manusia yang masuk kedalam agama?”
Tidak tahu ada asumsi apa yang sudah membuah didalam pikiran kita, yang menghasilan tekad kefanatikan dalam suatu pihak. Bahkan tidak hanya fanatik saja, akan tetapi menginjak- injak kebijakan pihak lain.
Biasanya makhluk tuhan seperti itu, baru terlahir pemikiran bayinya atau orang awam, padahal baru saja ia memiliki tekad dari hasil taklid ataupun dianggap benar dari mursyid yang ia taklidkan.
Terkutip dalam firman Allah yang terdapat pada surat Al-baqoroh ayat 256 yang memiliki arti “bahwasanya tidak ada paksaan dalam beragama...” sebab dakwah dalam berbagai carapun sudah diterima, tinggal orang tersebut menerima atau sadar tidaknya. Fleksibel jika kita membahas manusia yang tidak manusia, manusia yang merasa manusia, bahkan manusia yang sedang manusia.
Untuk kenegaraan Indonesia, yang memiliki falsafah negaranya adalah pancasila. Khususnya agama islam. Pancasila merupakan hasil ijtihad para ulama dan tokoh negara yang memiliki nilai konsep nasionalisme.
Di Indonesia yang memiliki umat beragama yang berbeda-beda, sifat toleran yang kuat dan memiliki sifat ramah tamah dan gotong royong , acapkali beragama di Indonesia merasa damai, tenang bahkan terasa menerapkan nilai-nilai agama, khususnya Islam, berbeda dengan negara luaran sana, yang memiliki karakter masyarakatnya yang berbeda.
Akan tetapi, sifat fitrah dalam jiwa dan hati manusia yang otomatis sudah terinstal oleh Tuhan, rasa toleransi berjalan secara menggelitik jika jiwa ini memiliki ambisius besar terhadap kekuasaan.
Bahwa hal ini kita berpolitik, kita berekonomi, kita bersosial, harus diselimuti dengan nilai-nilai agama. Sebab nilai agama tidak dapat dipisahkan dari berbagai aspek kehidupan. oleh karena itu agama adalah bimbingan spiritual sosial yang hebat'
Jika agama adalah rambu-rambu ketika kita meleng dan jalur lalu lintas menuju tempat kita berpacaran dengan tuhan. Namun banyak manusia-manusia pada zaman sekarang bahkan dari dulu sudah berselingkuh dengan tuhan yang lain, padahal belum sampai tempat untuk berpacaran denganNya.
Artinya tugas kita sebagai manusia yang sadar, bahwa kita harus menjomblokan diri kepada-NYA (hanya kepada Allah yang harus disembah) sebab syirik adalah dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah.
Agama bukanya hanya teori belaka yang tercantum didalam AL-quran dan hadist, akan tetapi teori akan benar jika dilengkapi dengan pembuktian dan mempraktikannya.
Namun ironisnya kita yang bergama, khususnya islam. Kita hanya menampung dan menampung terus menerus teori-teori. Bukan lagi diproses lalu dikeluarkan menjadi praktik. Faktanya juga orang yang non-beragama yang mempraktikan konsep tersebut.
Apakah kita yang beragama islam sedang tidur ataukah terpendam oleh teori-teori tersebut?
Sumber: Tulisan NUR SOLEH (Mahasiswa UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG) - email: Nursoleh34@gmail.com