TERTAWA

Begitu lulus dari perguruan tinggi, seorang pemuda mengalami kesulitan dalam mencari kerja yang relevan dengan disiplin ilmunya.

Setelah melamar ke sana ke mari, akhirnya dia diterima di sebuah kebun binatang.

Meskipun tidak terlalu relevan dengan kompetensinya, namun karena postur tubuhnya yang atletis dengan mempekerjakannya kepala kebun binatang mempunyai ide lain.

Saudara tahu, di sini ada beberapa binatang yang menarik perhatian, di antaranya gorila.

Sayang sekali, gorila kami yang baru didatangkan dari Afrika kemarin mati. Jika saudara kami beri pakaian khusus maukah saudara menirukan tingkah laku gorila selama beberapa hari?"jelas Kepala Kebun Binatang.

Terdesak oleh kebutuhan hidup yang kian menghimpit, si pemuda itu pun akhirnya bersedia untuk bekerja sebagai orang yang memerankan gorila.

Sebelum pentas di mulai, pemuda itu terlebih dulu dilatih mengenai tingkah laku gorila agar sama dengan tingkah laku gorila yang sesungguhnya.

Tibalah saatnya di hari Minggu, banyak pengunjung sudah berkumpul di dekat sarang gorla untuk melihat gorilla yang katanya baru saja didatangkan dari Afrika.

Hingga tak lama kemudian, tampillah "gorila" yang dimaksud, sementara para pengunjung tidak tahu akan kejadian yang sesungguhnya.

Gorila jadi-jadian itu mulai berjalan-jalan mengelilingi pengunjung sambil melompat ke sana ke mari. Banyak pengunjung yang terkagum-kagum dengan tingkah laku "gorila" yang cerdas ini.

Hingga begitu asyiknya berjalan-jalan dan melompat, sang "gorila" tidak lagi menghiraukan pagar pembatas antara kandangnya dengan kandang singa di sebelahnya.

Sang "gorila" pun terjerumus masuk dalam kandang singa. Melihat ada "gorila" yang masuk ke kandangnya, singa pun kaget dan langsung mendekati "gorila" tersebut.

Tentu saja, gorila jadi-jadian itu pun bukan main kagetnya.

Si pemuda berpikir bahwa dia pasti mati diterkam oleh singa, karena sang singa pasti mencium bau manusia di balik baju gorilanya tersebut.

Dipihak lain, pengunjung pun tidak tinggal diam mereka ikut bergeser ke kandang singa untuk melihat pergulatan yang bakal terjadi antara singa dan gorilla. Hal ini membuat perasaan "gorila" semakin takut apalagi sang singa sudah semakin mendekati dan mengendus endus dirinya.

Konflik batin pun mula mendera dirinya Apakah ia harus berteriak minta tolong dan lari dari arena tersebut. Biarlah pengunjung akhirnya kecewa karena dia ternyata gorila palsu.

Akan tetapi, di lain pihak, dia pun tidak mau mengecewakan pimpinan kebun binatang yang telah memberikan pekerjaan dan uang kepadanya.

Alhasil, demi keselamatan diri dan masa depannya, dia pun bertekad untuk berteriak minta tolong.

Di sudut lain, sang singa rupanya memperhatikan gerak-gerak si "gorila" yang mulai tampak panik. Alangkah kagetnya sang singa ketika si "gorila" tiba-tiba mulai menjerit.

Jeritan sayup dari si "gorila" itu benar-benar membuat si raja hutan kaget sekaligus berang.

Dengan sigap, sang singa pun akhirnya menubruk si "gorila". Tak lama kemudian, tubuh gorila palsu itu bisa dikuasai si raja hutan. Dalam kondisi seperti itulah, mulut sang singa mulai mendekati telinga gorila.

Kemudian dengan suara rendah berintonasi tinggi, sang singa mulai bersuara, "Diam kamu, tolol Nanti kita bIsa dipecat!"


Cerita di atas mungkin bisa membuat kita tertawa atau malah cemberut karena kita anggap hanyalah gurauan kering, semua tergantung pilihan kita. Akan tetapi, ketika kita memilih untuk tertawa, maka sesungguhnya kita sedang menetralisir kesegangan yang terjadi.

Pepatah bijak berkata, "Jika sekali tertawa dalam sehari menunjukkan bahwa kita masih hidup, maka dua kali sehari tertawa berarti masalah bisa diatasi. Sedangkan tiga kali sehari menunijukkan harapan dan optimisme, serta empat kali sehari menghantarkan kita pada kemampuan untuk mengatasi masalah dengan baik. Akhirnya, jika lima kali kita tertawa dalam sehari, maka itu akan membuat kita lebih panjang umur.

Di antara seluruh ciptaan, hanya manusia yang diberi anugerah oleh Sang Pencipta untuk dapat tertawa. Akan tetapi, jika diamati lebih lanjut, ternyata ada begitu banyak manusia yang sulit sekali tertawa, sedangkan di lain pihak begitu banyak orang yang tertawa tanpa sebab yang jelas. Tertawa sebenarnya menunjukkan kemampuan pakologis seseorang untuk menyeimbangkan beban- beban yang ada.

Tertawa menunjukkan optimisme dan perencanaan kesehatan mental yang proporsional.

Bahkan Herm Albright mengatakan, "Tertawa seratus kali sehari menghasilkan latıhan otot sama dengan sepuluh menit mendayung. Pada saat tertawa terbahak-bahak, detak jantung Anda mencapai 120 kali per menit".

Bagi seorang pemimpin, tertawa merupakan salah satu seninya dalam memimpin.

Pat Williamsbertutur, "Tidak ada yang lebih tidak nyaman daripada seorang pemimpin yang suram, cemberut, kaku, dan tanpa rasa humor."

Menciptakan rasa humor mungkin dapat menjadi solusi yang bak untuk membuat kita tertawa.

Rasa humor yang berkembang baik adalah tongkat yang akan menambah keseimbangan terhadap langkah langkah kita, terutama di tengah upaya kita untuk melintasi tambang kehidupan yang semakin ketat. Tertawa tentu dimulai dari hati yang gembira, karena tertawa yang membawa faedah adalah tertawa yang dilandasi oleh ketulusan dan tidak dibuat-buat.

Hati yang gembira akan membuahkan tertawa yang lepas dan tulus serta muka yang berseri-seri. Hal ini pula pergaulan dan meningkatkan keterampilan sosial seseorang.

Bukankah jalinan kerja akan terasa semakin manis dengan hadirnya orang-orang yang selalu membuat humor  segar dan membuat orang lain tertawa?

Tertawa merupakan pilihan hidup. Masalah tidak akan selesai jika selalu diliputi oleh kemurungan dan penyesalan yang terus menerus. Menyediakan hati yang gembira untuk tertawa sejenak akan semakin pemecahan masalah yang ada dan meredakan ketegangan yang muncul. Jadi, membusa tertawalah agar fisik dan mental kita sehat.

Selamat tertawa!